Ini dia kolaborasi antara militer dan tauhid: “5
Alasan Kenapa Kalian Perlu Berbai’at
Kepadaku!” Kata Rasulullah SAW..
Ini tentang bai’at.
Tau bai’at? Tidak tau? Oh my god..
Ok. Baca buku shirah! Selami maknanya. Yeup. Makna
bai’at.
Sepakat? Biar pinter sejarah tentunya^^
Hah? Gak punya buku shirah?
idieeewww...Gaya aja ngaku cinta rasul, tapi shirah gak punya.
Hihi.. malu sama kucing ah.
Hmmm. Ok, pinjem dulu. Di pustaka or sama teman yang
udah punya^^
loving rasulullah |
Start...
Musim haji..
Tahun 622 M,
“Sampai kapan kita membiarkan Rasulullah saw
berkeliling, diusir, dan dilanda ketakutan digunung-gunung Makkah?” mereka
saling bertanya-tanya sesamanya.
Ya. Merekalah
70 orang muslim Yastrib yang sedang berhaji di Makkah.
Ternyata...
Sebelum pergi haji, mereka ini udah janjian mau
ketemuan sama Rasulullah.
“Ya Rasulullah, insyaallah nanti waktu musim haji
tiba, kita ketemuan ya. Hmmm...bagaimana kalo kita jumpaan di bukit Aqabah pada
malam-malam tasyriq, biar aman.”
Setelah janjian untuk ketemuan,
Akhirnya musim haji pun tiba, rombongan kaum anshar
berangkat ke Makkah.
Mereka masih merahasiakan perihal “janjian” soal
ketemuan dengan Rasulullah.
Namun diantara mereka ada seorang bangsawan
terhormat yang kala itu masih belum berislam.
Namanya Abdullah bin Amr bin Haram.
“Wahai Abu Jabir, sesungguhnya engkau adalah
pemimpin kami. Engkau merupakan orang terhormat diantara kami. Kami tidak ingin
jika engkau menjadi bahan bakar api neraka di kemudian hari.”
Akhirnya mereka berhasil mengajak seorang bangsawan
bijak diantara mereka, yang kerap dipanggil dengan Abu Jabir itu kedalam agama
Islam. ^^... alhamdulillah.
Perihal janjian untuk bertemu dengan rasulullah pun,
tak luput mereka sampaikan kepadanya. Akhirnya, mereka mengangkatnya sebagai pemimpin
rombongan.
Suatu malam yang telah dinanti-nanti,
setelah tidur sejenak, merekapun berangkat di 1/3
malam yang pekat.
Kemana? Menuju ketempat janjian tentunya.
Masing-masing mengendap-endap dengan langkah
hati-hati.
Jumlah mereka 73 orang laki-laki dan 2 orang
perempuan.
Hening...
Akhirnya rasulullah saw pun tiba di bukit tempat
janjian, disertai oleh pamannya.
Yah, meskipun kala itu paman beliau belum memeluk
Islam.
Namun, paman rasul yang bernama Al-Abbas bin Abdul
Muthalib itu sangat ingin membersamai rasul. Dan rasulpun percaya kepadanya.
Permulaan
Dialog dan Tanggung Jawab yang Diingatkan Al-Abbas
Kedua belah pihak saling bertatap wajah.
Dialog pun dimulai. Tentu saja untuk mengesahkan
jalinan agama dan militer.
“Wahai orang-orang Khazraj, sesungguhnya posisi
Muhammad ditengah kami sudah kalian ketahui sendiri” ucap Al-Abbas membuka
dialog.
Diapun melanjutkan, “Kami sudah mencegahnya untuk
tidak mengusik kami dengan sesuatu yang sudah kita ketahui. Dia adalah orang
yang terhormat ditengah kaumnya. Dilindungi di negerinya!”. Semua peserta yang
hadir masih hening mendengarkan.
Al-abbas menambahkan, “Bisa saja dia enggan
bergabung dan berkumpul bersama kalian. Jika kalian berpikir untuk
menyia-nyiakan dan menelantarkan dirinya, setelah dia keluar dari tempatnya
untuk bergabung bersama kalian! Jika demikian, maka lebih baik biarkanlah dia
sejenak saat ini. Toh, dia orang terhormat dan dilindungi di tengah kaumnya”
Salut banget sama paman nabi yang satu ini,
sedemikian cintanya beliau pada Rasulullah SAW. Sehingga memperingatkan
siapapun, tak ada yang boleh menyia-nyiakan Nabi saw. Masyaallah.
Next...
Salah satu diantara orang-orang Khazraj yang hadir
bangkit dan berkata,”kami sudah mendengar apa yang engkau sampaikan!”
Lalu dia menolehkan wajah ke arah Rasulullah saw,
tauladan kesayangannya, “Wahai Rasulullah, putuskanlah apa yang engkau sukai
bagi diri engkau dan Rabb engkau” pintanya dengan tatapan penuh cinta namun
tegas.
Jawaban ini menunjukkan semangat, hasrat yang
menggelora!
Keberanian dan keimanan!
Ketulusan dan kesiapan untuk bertanggung jawab!
Melihat kesiapan mental yang tidak setengah-setengah
terpancar dari semua peserta yang hadir, Rasulullah pun merasa yakin.
Jiwa-jiwa mereka terkoneksi satu sama lainnya.
Inilah ketersambungan hati yang disebabkan iman. Kekuatannya menguat. Keberaniannya menyambar berani!
Seketika itu juga, Rasulullah SAW menjelaskan segala
sesuatunya, hingga selesailah proses bai’at pada malam itu.
Yap. Itulah bai’at aqabah kedua.
(penasaran dengan cerita bai’at pertama? Bacaaaa
shirah^^ tersedia di toko buku terdekat di kota anda)
Klausul
bai’at
Abu Jabir berkata kepada salah seorang perawi,
Al-Imam Ahmad,
“Kami berkata,’Wahai rasulullah, untuk hal apa kami
berbai’at kepada engkau?’”
Nah, ini dia klausul bai’at yang disampaikan
rasulullah. Penasaran?
Wait...
Ok.
“5
Alasan Untuk Hal Apa Kalian Berbai’at Kepadaku:”
1. Untuk
mendengar dan taat, tatkala bersemangat dan malas!
2. Untuk
menafkahkan harta tatkala sulit dan mudah!
3. Untuk
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar!
4. Untuk
berjuang karena allah dan tidak merisaukan celaan orang yang suka mencela!
5. Hendaklah
kalian menolong jika aku datang kepada kalian! Melindungiku sebagaimana kalian
melindungi diri, istri, dan anak-anak kalian! Dan karena semua hal diatas bagi
kalian adalah surga!
Wow..
Kira-kira, kalo sekarang kita
disuruh berbaiat demikian apakah kita siap?
Tuuu... coba dengar, apa Rasulullah
bilang,
Kita disuruh taat saat semangat dan
malas!
Ngakunya cinta rasul, makan nasi molud
disana sini, tapiiiii....
Boro-boro taat, yang ada kita cuma pinter
maksiat.
Pacaran. Pake celana ketat. Hijab
dileher terikat...
Astaghfirullah ya Rabb,
Tenang, kita masi punya waktu untuk
perbaikan.
Kapan?
Sekarang!
Iya, sekarang!
Karena cuma sekarang waktu yang
pasti kita punya.
Sekaranglah waktu yang tepat untuk
bertobat.
Besok?
Who knows, masih bernafas atau
sudah diliang lahat!
Lanjuuuttt...
Nah, ternyata, tentang klausul yang
terakhir ada sedikit versi lain,
Ibnu Ishaq meriwayatkan: Ka’b
berkata, “lalu Rasulullah melanjutkan perkataannya, ‘bacalah oleh kalian
Al-Quran! Berdo’alah kepada Allah! Sebutkan harapan-harapan untuk Islam!’
kemudian beliaupun bersabda, ‘aku membai’at kalian, agar kalian melindungiku
sebagaimana kalian melindungi istri dan anak-anak kalian.”
Dengan sedikit merinding, saya
menuliskan ini..
Kemudian Al-barra’ bin Ma’rur serta
merta bangkit dan memegang tangan rasulullah saw sambil berkata dengan mata berbinar
pertanda siap, “Benar! Demi Yang Mengutus Engkau dengan benar, kami benar-benar
akan melindungi engkau sebagaimana kami melindungi istri-istri kami. Maka,
bai’atlah kami wahai Rasulullah. Demi Allah, kami adalah orang-orang yang mahir
dalam perang dan mengepung musuh. Kami mewarisinya sejak dahulu”
Al-Barra yang belum selesai
berbicara dengan rasulullah, tetiba diinterupsi oleh Abul Haitsam bin
At-Taihan,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya saat ini diantara kami dan
orang-orang Yahudi ada hubungan persahabatan. Jika kami memutuskan hubungan itu
dengan mereka, apakah ada kemungkinan, jika Allah sudah memenangkan engkau,
lalu engkau pergi meninggalkan kami??”
Sambil tersenyum^^ rasulullah
bersabda,”Darah dengan darah. Kebinasaan dengan kebinasaan. Aku adalah bagian
dari kalian! Dan tentu saja kalian adalah bagian dari diriku. Aku memerangi
siapapun yang memerangi kalian dan berdamai dengan siapapun yang berdamai
dengan kalian.”
Akhirnya...
Setelah klausul-klausul bai’at
ditetapkan secara mantap, maka dimulailah pelaksanaan bai’at dengan cara
berjabat tangan.
Jabir menuturkan, “Kemudian kami
yang laki-laki bangkit menghampiri rasulullah secara bergiliran, lalu beliau
membaiat kami dan menjanjikan surga kepada kami.”
Adapun kepada dua orang wanita yang
ikut hadir untuk dibai’at, cukup dengan perkataan saja, karena rasulullah saw
sama sekali tidak pernah berjabat tangan dengan wanita nonmahram.
Ok. Done.
Ini secuil resume shirah yang sempat kutulis.
Write and share :D
Sumber: Bab Baiat Aqabah Kedua. Halaman 165-168.
Syaikh Shafiyurrahman
Al-Mubarakfury. 2007. Sirah Nabawiyah.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar