Ada ukhti yang membina satu hari 4x,
binaannya banyak, dia terus menerus mengisi halaqah dari
satu majelis ke majelis yang lain.
Ada ukhti yang siaran satu hari 4x,
berada di stasiun radio berjam-jam, makan siang di radio,
siaran lagi, tilawah di radio, siaran lagi.
Ada ukhti yang jualan satu hari 4x,
orderannya banyak, barang nyampe-poto-upload jualan lagi, di
order lagi, pesan lagi, habis shalat dan liqaat, transfer uang lagi, jualan
lagi.
Ada ukhti yang mengajar satu hari 4x,
siswanya banyak, mengajar dari satu sekolah ke sekolah yang
lain, dari satu bimbel ke rumah-rumah.
Selesai mengajar shalat tilawah tahfidz ambil kereta tancap
mengajar lagi.
Ada ukhti yang jaga pasien satu hari 4x,
pasiennya banyak, check pasien lagi, shalat tilawah liqa,
jaga lagi.
Ada ukhti 4x,
Karena ukhti, di radio dia adalah bidadari.
Di rumah sakit dia adalah bidadari
Di sekolah dia adalah bidadari
Di rumahnya dia adalah bidadari
Di majelis-majelis ilmu dia adalah bidadari,
Karena ukhti, dia sedang membidadarikan diri.
Di tengah rutinitasnya yang itu-itu saja di tempat yang
sama, dia tidak mengeluh, masih saja tersenyum setiap hari, di hadapan
pasiennya, di hadapan siswa-siswanya, di hadapan mutarabbinya, di hadapan
pelanggan setianya.
Karena ukhti, dia sedang membidadarikan diri.
Bidadari yang selalu tersenyum tanda hati yang penuh syukur.
Bidadari yang penyayang tanda jiwa penuh kelembutan.
Karena ukhti, dia sedang membidadarikan diri.
Dimanapun sayapnya berlabuh, bidadari selalu shalat dan
mengaji^^