Cinta Buta.
Begitulah, keseringan quote ini bermakna negatif.
Bagi saya, benar.
Dulu saya juga mempersepsikan cinta buta itu negatif.
Tapi sekarang,
Saya fikir, cinta memang seharusnya buta.
Harus buta! Absolutely. Cinta itu wajib membutakan diri.
Saya boleh memaknainya dengan seorang gadis, yang belum
mengerti cara menutup aurat,
Maka berapa waktu lamanya, dia berfashion seksi.
Celana ketat, hijab dileher terikat.
Suatu saat sang gadis menemukan hidayah,
Ia disapa oleh lembutnya kasih dari Tuhannya.
Dia tersadar, Rabbinya tengah mencucurkan cinta untuknya,
Cinta yang lembut dan melimpah.
Maka, ia memutuskan mencintai sang Rabbi.
Saat seseorang memutuskan untuk mencintai, maka pada saat
itu pula ia serta merta memutuskan untuk memberi.
Sang gadis pun berbenah diri, kini iya berhijab syar’i, berfashion
longgar dan tak update.
Beberapa komentar mulai terlontarkan untuknya.
Dia mulai dikatai norak, bodoh, tidak modern, konservatif
dan bla bla bla.
Apa tanggapan sang gadis?
“Sorry, saya sudah menutup mata dengan komentar orang-orang!
Cinta
ini benar-benar bikin ku buta, ntahlah, aku selalu menutup mata dengan beberapa
ocehan, kadang bikin ku bosan!”
Sang gadis pun melaju dengan keputusannya, keputusan untuk
mencintai Rabbnya.
membawa kebutaannya kemana-mana pada aktivitas cintanya.
Tersebut seorang pemuda,
Dia cerdas, aktivitasnya selalu mengangkatnya kepuncak
prestasi. Bahkan di semester 4 dia sudah menjuarai PKM, memenangkan modal
wirausaha, ipk nya wow. Dia lelaki prestisius.
Namun, suatu saat dia
tersadarkan.
Lagi-lagi sama seperti kasus si gadis.
Pemuda ini disapa lembut oleh hidayah allah.
Ia tersontak,
Apa arti semua prestasi ini, tapi tak mampu memberi arti
untuk orang banyak.
Rasanya, sukses sendiri, benar-benar hampa!
Maka ia memutuskan untuk bergabung bersama komunitas dan
organisasi kampus.
Dia menyibukkan diri pada aktivitas yang sama sekali tak berhubungan dengan kepentingan diri.
Agar bisa memberi manfaat melalui aksi kreatif-cerdasnya.
Ya, pada saat itu ia memutuskan untuk mencintai. Mencintai aktivitas
berbagi.
Mencintai aksi berbagi inspirasi. Mencintai kerja harmoni.
Dan jika seseorang memilih untuk mencintai, maka serta merta
ia memutuskan untuk memberi.
Diumur semester ke-7, ia tak kunjung lulus. Memasuki umur
semester 8, ia masih juga belum wisuda.
Padahal semua tau, dia pemuda cerdas full talenta.
Aksi kompor dari teman-teman terdekat agar ia meninggalkan “aktivitas
berbagi kebaikannya” untuk sementara, agar ia fokus wisuda, sama sekali tak
masuk ke hati, para teman pun hanya dikembalikan sebuah senyuman.
Ya, si pemuda sudah buta.
Terhadap segala komentar dan ocehan, benar-benar buta! Terhadap
pandangan-pandangan rendah dan sepele, dia sudah buta.
Cinta memang seharusnya buta.
Karena “ketidakbutaan” baginya, hanya membuatnya ragu-ragu
dan gagalfokus pada keikhlasan niat.
Pemuda ini memang sedikit terlambat. Terlambat menuju
kewisudaan.
Tapi, kata siapa dia bodoh, justru dia cerdas, dia menargetkan
diri fullmanfaat.
Setidaknya dia sudah meninggalkan banyak karya, baik karya
kecil mungil maupun karya besar.
Dia hanya butuh sedikit waktu tambahan untuk mencapai
impiannya. Impian untuk berbagi kebahagiaan. Impian untuk menjadi bagian dari
golongan yang memberi arti.
Dan dia mampu mewujudkannya, karena rasa cinta. Cinta yang
menggebu. Cinta yang buta.
Karena cinta memang seharusnya buta!
Begitulah, saat kita memutuskan untuk mencintai, jalani
cinta dengan kebutaan!
Karena ketidakbutaan hanya menjadikan kita ragu dan gagal fokus.
Salam positif!
@BEM Unsyiah, 9 oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar