Sorry,
Aku menemukan kau mulai egois,
#aku sedang berfikir
Mungkin aku salah prasangka.
Jadi suka negatif dan pesimis.
Tapi kenapa kau tak terbuka saja?
Cukup sampaikan beberapa
hal,
Sehingga tak kau biarkan para partner mu bernegatif-rasa.
Tega sekali dirimu.
Ntahlah,
kumenemukan kau mulai memikirkan diri sendiri.
Tentang skripsimu yang cantik.
Tentang ipk mu yang julangnya ke langit.
Tentang pacar barumu yang manja.
Tentang gadget mu yang canggih.
Kau mulai asik sendiri.
Kau sudah enggan dibawah tekanan.
Kau ingin enak manja dan senang.
Kau mulai lupa, bahwa kau punya amanah yang belum
terselesaikan.
Kau buat partner-partnermu memakan diri.
Kau biarkan mereka menjalani porsi-porsimu.
Mereka merangkak, merangkap,
mendoublekan kepala tenaga dan
fikiran
mengerjakan beberapa porsimu yang kau tinggalkan.
Begitulah,
Kau lepas saja dengan gampang. Seperti membuang selembar tissue.
Enteng.
Kau juga mungkin, lepaskan dengan berat. Tapi kau tak berfikir
untuk mendelegasikan.
Lagi,
Karenamu,
Mereka merangkak-rangkap. Tertatih untuk berlari.
Sebelum tidur, mereka mengerjakan porsinya dengan kesusahan.
Saat tidur, porsinya porsimu, mereka campur dengan impian,
“yang ini sudah terkerjakan kah? Yang itu sudah tertunaikan kah?”
tidur tak nyenyak, bagi mereka mulai biasa!
Bangun tidur, itu lagi, itu lagi yang mereka fikirkan.
Ah, mereka.
Partner-partnermu. Sudah memakan diri.
Tak tanggung tak bertepi.
Skripsi tak lagi terpegang, salah memang. Salah sendiri.
IP mulai berjatuhan. Lagi-lagi salah memang. Salah sendiri.
Tapi, rupanya kau cukup tega juga,
Membiarkan mereka, dalam kondisi demikian,
Kau tambah lagi untuk mengerjakan “porsi-porsi” yang
seharusnya kau tunaikan.
Sedang kau? Kudapati bisa tidur dengan tenang.
Makan tepat waktu.
Bersayang-sayangan dengan pacar baru.
Kau juga sempat bermalam minggu.
Kau tak mau lagi melayani, kau mulai minta dilayani.
Kau tak mau lagi lelah. Kau mulai belok ke lain arah.
Kau tak lagi senang tertekan,
Kau pilih di
Darussalam dengan nyaman.
Sedang aku mulai menangis, terisak dalam diam.
Melihat mereka terus-terusan menggerakkan tulang!
Tanpa jeda memeras otak dan fikiran!
Ntahlah,
Mereka mungkin saja jahat ingin menampar
keegoisanmu!
Tapi, kesabaran mereka, rupanya lebih kuat dan macho dari
karakter lemahmu!
Dan mereka bertahan.
Dibawah tekanan, menyelesaikan amanah full keikhlasan,
sampai waktu yang dijanjikan menjumpai mereka dengan
senyuman.
Ya, mereka masih menanti, kejutan indah dari Rabb
mu, kawan!
Sorry, kalau aku bernegatif. Ini pantas.
Karena kau tak pernah terbuka,
Untuk menyampaikan apa-apa yang seharusnya kau sampaikan.
Kepada allah, aku beristighfar.
Karena bisa jadi, kau itu adalah aku.
@Meunasah Krueng, 17 September 2014.
(Y)
BalasHapus